Tanpa istri sadari terkadang sikap seorang istri telah menyakiti suami, tak hanya menyakiti perasaan tetapi lebih dari itu, padahal istri tidak boleh meyakiti suami dan imbasnya bisa menghancurkan pernikahan.
Inilah Sikap Istri yang Bisa Melukai Suami
1. Tidak merespon
Mendiamkan suami dengan tidak merespon karena kecewa bukanlah sikap istri yang baik. Tak masalah sebenarnya bila Anda memilih diam, tetapi perlu melihat situasi. Mengekspresikan kecewa yang terlalu dalam tanpa sepatah kata pun ternyata sangat menyakitkan buat pihak para lelaki.
2. Menyindir
Marah atau ingin membuat suami sadar, bukanlah dengan cara menyindir. Ubah kebiasaan buruk ini. Kalau suami sering bersikap tidak enak, tegur secara baik-baik, walaupun sampai membuat Anda lelah. Jangan pernah menyerah menegur suami untuk mengubah perbuatannya agar menjadi lebih baik ke depannya.
3. Lelucon jahat
Jika suami lupa atau melakukan kesalahan yang membuat Anda kesal, tidak perlu melancarkan lelucon jahat. Gantilah dengan cara serius menasehatinya. Jangan pula membuat lelucon jahat karena Anda sudah kehabisan energi untuk mengatakan secara serius. Sebab cara itu akan membuat dia merasa lebih buruk dari badut.
Mendiamkan Suami Saat Bertengkar Tidak Akan Menyelesaikan Masalah
Dear para istri dan ibu-ibu terkasih, masih sering ngambekan dengan suami dan memakai aji-aji silent treatment atau mendiamkannya selama beberapa lama?
Cara ini memang paling beken digunakan, kabarnya sih agar tidak pecah adu mulut dan bikin rumah tangga jadi panas. Namun, tahukan Anda bahwa silent treatment ini bagaikan pisau bermata dua, yang bisa membantu meredam emosi, atau malah menjadi bom waktu yang akan membuat masalah semakin besar?
Tidak semua masalah memang bisa diselesaikan dengan cara silent treatment. Apalagi kalau masalahnya menyangkut masa depan berdua. Sejatinya masalah itu harus dipecahkan dan dibicarakan sehingga jalan keluarnya lekas ditemukan. Tetapi, kalau hanya dibiarkan, bagaimana masalah bisa selesai?
Tea Time!
Tahu nggak, mengapa orang-orang barat punya tradisi tea time? Selain mempererat silahturahmi, tea time ini juga menjadi momen penting dalam sebuah keluarga agar bisa lebih dekat, lebih terbuka, dan merupakan momen tepat untuk saling mengungkapkan uneg-uneg dan ganjalan di hati.
Ide dari sebuah iklan minuman teh di televisi itu ada benarnya juga, kan? Saat sedang ada masalah, cari momen santai dan tenang untuk membicarakannya. Sambil minum teh, sambil melihat taman, dan nuansa yang tenang akan membantu keduanya berpikir lebih jernih dan tidak mudah tersulut api emosi.
Anda hanya perlu memilih waktu yang tepat, itu saja kok kuncinya.
Selain itu, sama-sama pikirkan bahwa ini demi kepentingan berdua, kurangi ego masing-masing dalam membicarakan permasalahan rumah tangga.
Kapan waktu yang tepat menggunakan silent treatment?
Tidak dipungkiri, terkadang silent treatment ada manfaatnya juga. Misalnya ketika emosi suami/istri sudah mulai tinggi dan kalimat-kalimat diucapkan dengan nada tinggi, silent treatment ini bisa dilakukan. Tujuannya adalah demi emosi menurun, dan kepala mulai dingin.
Sebenarnya, ketika emosi meninggi, tak lama kemudian pikiran-pikiran positif dan rasa penyesalan pasti datang kok. Dan di sinilah waktu yang tepat mengajak pasangan berdiskusi, sehingga permasalahan bisa diselesaikan.